Selasa, 08 Desember 2015

Kok kamu menel sih?

Seiap aktvitas dan keseharian dalam mengarungi kehidupan, tidak jrang kita menemukan seseorang yang berkedok agama (seakan sholeh/sholeha, seolah baik) hanya untuk melampiaskan nafsu bejatnya. Hal ini sering terjadi dalam lingkungan seorang laki-laki (ikhwan).
Pada hakikatnya seorang ikhwan memiliki tanggungjawab yang besar untuk melindungi wanita, bukan untuk menyakitinya apalagi menghinakannya. Tidak jarang kita menemukan ikhwan menel dan ganjen dalam kehidupan sehari-hari, termasuk di dalam lembaga dakwah sekalipun. Inilah yang membahayakan akan dakwah dan islam, hanya karena ulah Ikhwan ganjen dan menel Islam menjadi tercireng dan lembaga dakwah lah yang tersakiti.
Sangat heran dengan sosok manusia yang berani frontal terhadap wanita, memiliki kepribadian yang cukup membingungkan. Seorang yang maafnya hanya dibibir saja, penyesalannya hanya sesat saja, dan semuanya hanya skenario dan acting semata namun dirinya tetap bertahan dalam kehinaan dan kebejatan dirinya. (naudzubillah).
Ikhwan kamu kok menel dan ganjen sih ? kenapa kamu tidak menika saja jika memang kamu sudah kebelet pingin melampiaskannya ?. Bukankah "halal" itu sangat baik, dari pada kamu terus menghinakan dirimu dan mendorong orang tuamu keneraka kan ?.

Selasa, 03 November 2015

Kesempatan Terakhir

Kemarin Allah mempertemukan antara dirimu dan diriku dalam suatu ikatan ukhuwah yang menenangkan. Dekapan yang menyatukan antara dua manusia yang terlahir dari rahim yang berbeda dengan sifat yang sedikit berbeda.
Kemarin aku melihat raut wajah kelam menyelimuti dirimu, rasa ingin tahu akan dirimu seketika hadir membakar semangat persaudaraan.
Sejatinya aku mengetahui bahwa kau belum shali (sama dengan aku) auramupun tak hanif (sedikit sama dengan aku). Kebersamaan yang terbentuk aku tabri degan cinta yang semata hanya bersimpuh dan berharap kepada Allah Swt.
Kemarin aku beri keeprcayaan 10% kepadamu, akan kegigihanmu dalam memperbaiki diri. aku berfikir bahwa kau adalah sosok manusia yang memiliki azzam yang kuat akan suatu perubahan, aku hanya tahu bahwa dulu kau pernah mendekati zina.
Namun ternyata aku keliru, ternyata kau lebih dari itu. Bagimu zina sudah biasa, bagimu itulah kenikmatan yang tak semua orang mendapatkannya.
Hari itu awan seketika berubah menjadi kelam dan diiringin dengan gemuruh yang menakutkan. Bumi menjadi gelap dan terang seakan diskotik alam, tak kusangka ukhuwah yang sudah kita bangun bersama dengan mengharap cahaya di surga kau rubuhkan begitu saja.
Kau hancurkan kepercaynku, kau khianati kasih sayangku, kau bohongi diriku hingga sang hati luka lebab dan bahkan bernanah ulahmu. Sakit, bukan hanya sekedar sakit.
Seakan mimpi disambar petir disiang bolong, kau lakukan hal itu tanpa mempertimbangkan akan perjuanganku. Itu adalah perbuatan yang memalukan menurutku, perbuatan manusia murahan yang tidak tahu diri bagiku.
Memang siapa yang bisa menjamin bahwa aku lebih baik darimu ? Bukankah begitu adikku?
Memang benar siapa yang bisa menjamin bahwa kau tak lebih baik dariku ? Tidak ada bukan ?
Aku tidak pernah mempersalahkan semuanya, Tidak pernah. Air mata tak lagi mau mengalir, bahkan senyum masih sanggup ku melukiskannya dalam wajah sedu namun menyakitkan. Senyumku hanyalah senyum ketegaran yang kuciptakan dengan penuh perjuangan.
Aku tak mungkin melepasmu takkala tak lagi ada seorangpun yang percaya padamu. Bingung, sangat membingungkan kala itu. Siapa aku ? Mengapa harus aku ? Pertanyaan yan menyudutkanmu muncul seketika.
Dan pada akhirnya bumi mulai kembali bercahaya,
*****
Luka mulai melangkah dengan gagah
Melangkah dengan semangat perjuangan
Kesabaranakan terus mengalir bagaimana samudera yang tak akan pernah kering sampai akhir zaman. ketika mentari mulai memberi sinar kembali, rembulan kembali memantulkan cahaya dan awan kembali bersinar sebagai pelindung sengatnya cahaya panas sang mentari. Belum juga kalimat "sembuh" terucap, kekecewaan kembali oleh dirimu, bahkan tidak tanggung kau sobek lupa yang mulai mengering dan kau siram dengan cuka hingga membuat semua tarasa sangat sakit dan menyakitkan.
Aku ingin pergi namun kau tak mengizinkanku, namun kau selalu lukai aku. Sudahlah, mungkin aku tetap disini namun aku tak mampu berbuat seperti dulu. Kelak semoga kau tak akan merasakan bagaimana pedihnya dikhianati orang yang kita sayang sebagaimana yang kau lakukan padaku. Sudahlah, biarkan hati ini menangis pedih meski senyum akan tetap terlukis. Karena inilah bukti cintaku semata karena Allah, aku berikan kesempatan terakhir bagimu. Ini lah yang terakhir adikku, katanya "jika kau mencintainya maka jangan biarkan api neraka melalapnya" itu yang ku lakukan saat ini kepadamu.
#RLA

Jumat, 30 Oktober 2015

Ketidak Percayaan

Awan seketika menghitam dan gemuruh hadir seakan siap meruntuhkan apa yang ada di langit. Mentari tak lagi mampu menembus lapisan kebekuan lautan awan yang bergerak bersama menyelimuti keindahan awan yang setia memanjakan mata dengan segala keagungan yang ada. Sampai detik ini hati hanya mampu terdiam tak mampu mendefinisikan apa yang dirasa, tak mampu mentransfer cinta untuk makhluk lainnya. Hambar rasanya kehidupan ini, ketika kekecewaan menghantam dengan keras, pengkhianatan menusuk palung jiwa, kebohongan yang terjadi ibarat obat yang harus diminum sebanyak tiga kali setiap hari.
"Jangan berkhalwat" Nasihat yang selalu disampaikan mungkin telingan sudah enggan mendengarkannya, namun mlut masih setia menyampaikannya meskipun berbusa. Dengan cinta dan kesabaran tangan menggenggam agar terhindar dari jurang hina, kaki tertaih mengejar dirimu yang masih berlari dan enggan membersamai. "Sudahlah" terkadang kata keluh kesah terlontar dengan sendirinya, "Jangan" kata sang hati berontak akan sebuah keluh kesah tak berguna. "Sabar" bukankah dakwah adalah kesabaran ? Bukankah kita hanya mengajak dan merawat, dan hasil Mutlak urusan Allah ?.
Hati berusaha tegar dan menguatkan, namun apalah daya dengan bangga dirimu mengkhianati, dengan senang dirimu berbuat zina, sekana tak ada rasa bersalah kau terus membohongiku.
"SAKIT" jika kau merasakan apa yang aku rasa, ingin aku pergi karena merasa tak pernah dihargai, namun kau tetap mampu menggurui. "Sadar" entah kapan dirimu tersadarkan.
Sosok yang sepertinya polos dan 'alim (berilmu) yang sekaan memiliki azzam yang kuat untuk memperbaiki diri hanyalah rupa penipuan yang kau buat dan bodohnya aku adalah korban darimu.
Masih akan tetap terkenang sampai kapanpun, pertemuan kita kala sore itu di tengah lahan parkir kalimat pengingat telah kuucap, namun ternyata inilah sifatmu. Seorang yang menjual diri nya dengan sangat murah, sosok lelaki pecundang yang tak memiliki harga diri. "cintamu kau umbar, hasratmu kau jual, bahkan kehormatanmu kau gadaikan hanya untu melampiaskan nafsumu". Aku kecewa, sejatinya aku sangat kecewa. sampai detik ini aku tak masih berada dalam ruang kebingunga dan keheningan, sifatku saat ini hanyalah sebuah therapy agar hati kembali mampu menabar cinta untuk makhluk dimuka bumi, karena hati telah lelah dan trauma mendapatkan perlakuan yang sama seperti yang telah kau perbuat.

Kamis, 29 Oktober 2015

Terima Kasih

Setahun yang lalu, aku dipertemukan dengan manusia asing dalam hidupku. Dia bukanlah lawan ku akan tetapi dia sama dengan aku. Memang dia bukanlah orang yang shalih, tetapi entahlah bagiku dia memiliki masa depan yang cerah dan sangat membanggakan bagiku.
Setiap harinya aku senantiasa membersamai langkah perjuangannya, bagiku dia adalah salah satu motivasi mengapa kini aku masih berahan disini, dengan tida menomorduakan Allah dan Orangtuaku.
Aku membersamainya dengan kasih sayng seorang kakak, dengan cinta dari langit aku taburkan kekehidupannya. Nasihat agar dia tersadar dari jalannya yang tak benar, kurasa dia adalah pendengar yang baik. tetapi aku salah.
Iya aku salah besar menilai seseorang. Namun tidak mengapa, bagaimana mungkin orang yang paling aku sayang dan aku percayai mengkhianatiku, membohongiku dengan cara yang seakan menghujam pedang tajam ke leherku.
Ingin rasanya aku pergi dan tak acuh pada dirinya, namun bagaimana mungkin air mata penyesalan telah hadir? Kalimat "Maaf kak" sudah terucap, rasanya sangat dzolim jika diri ini meninggalkannya dalam jurang kenistaan. Bukankah sampah harus didaur agar lebih bermanfaat ? Namun siapa yang harus berkorban menahan ba sampah yang tak sedap ? yang mungkin akan berdampak atau berimbas pada diri ini ?
Bukankah disini pertemanan diuji ?
Apakah diri ini sudah benar mencintai ? Sudah benar menyayangi ?
TIDAK. Sepertinya tidak mungkin jika aku mennggalkannya.
Meskipun semakin terlihat bahwa dia yang akan meninggalkanku dengan kehidupannya yang mungkin lebih indah.
Terimakasih dik atas pelajaran ini.
Aku menyadari bahwa Kita harus berbuat baik kapanpun dengan Lillah.

Belajar Arti Ketulusan

Pernahkah kau merasakan arti kasih sayang ?
Pernahkah kau merasakan arti cinta ?
Saya rasa setiap orang pernah merasakan cinta dan kasih sayang, baik sebagai subjek maupun objek. Akan tetapi yang menjadi pertanyaan adalah takkala diajuka pertanyaan mengenai arti "Ketulusan". Apa gerangan arti Tulus ? Mengapa ia seakan sangat erat hubungannya dengan cinta dan kasih sayang.
Beberapa hari yang lalu, saya mendengarkan salah seorang remaja sedang menghubungi teman wanitanya, dan ia berkata "Aku sangat mencintai dan menyayangimu dengan Tulus". Sontak diri ini terdiam, takkala mendengar kata ketulusan.
Mencntai memangla sangat mudah, begitu pula dengan menyayangi keduanya adalah sebuah perbuatan yang sangat mudah. Bahkan tak heran dan sangat sering terjadi adanya Cinta pada pandangan pertama.
Sahabat...
Apakah engka pernah dikhianati  oleh orang yang kau sayangi ?
Pernahkan kau dibohongi oleh orang yang kau percayai ?
Pernahkan kau lebih memilih disakitit fisik dibandingkan dengan disakiti hatinya ?
Sahabat...
Jangan pernah kau mengaku bahwa engkau mencintai dengan tulus dan menyayangi dengan tulus, karena mngkin kau mampu berkata demikian dikarenakan kau belum mengetahui kekurangannya.
Tahukah engkau betapa tidak enaknya jika dibohongi dan dikhianati oleh orang yang kita sayang dan sangat kita percayai ?
Takkala nasihat yang kau sampaikan tidak pernah diperdulikan dan hanya dianggap sebagai aktivitas pemotretan hidup orang lain. Namun semua berujung kepada perbuatan yang menjerumuskan.
Sahabat...
Sejatinya jika kita mencintai dan menyayangi dengan tulus maka kita akan mampu menerima semuanya apa adanya, bukan karena ada apanya.
Bukankah setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan ?
Teringat sebuah nasihat bahwa jangan pernah kau mencari kesempurnaan akan tetapi sempurnakanlah segala hal yang ada padamu saat ini, termasuk cinta dan kasih sayang

Selasa, 20 Oktober 2015

Ukhti Bantu Aku

Ukhti...
Kata mereka engkau sangat mulia
Kata mereka engkau sangat anggun
Kata mereka engkau sangat syahdu
Kata mereka engkau sangat tinggi
Ukhti...
Dirimu adalah fitnah
Sampai kapanpun kau adalah fitnah
Rupamu adalah bara api
Dirimu adalah amanah
Ukhti...
Kata mereka suaramu aurat
Kata mereka rambutmu aurat
Kata mereka kakimu itu aurat
Kata mereka lekukmu itu aurat
Ukhti...
Bukankah aurat tak boleh aku lihat?
Lalu mengapa aku sangat mudah melihatnya?
Mengapa kau berikan aku kesempatan menumpuk dosa?
Ukhti...
Maukah kau membantuku?
Aku ingin menjauhi zina
Aku ingin hafalanku terjaga
Aku ingin mataku tetap mulia
Ukhti...
Aku mohon bantulah aku untuk itu
Bisa ya?
Bisa kan ukh?
Ukhti...
Aku mohon tutup auratmu
Agar Tuhanku tidak murka padaku
Agar mataku dapat melihat indahnya dunia
Tanpa harus melangkah sambil menutup mata

Sabtu, 10 Oktober 2015

Kehilangan

Pernahkah kau merasakan kehilangan ?
Saya fikir setiap orang pernah merasakan kehilangan, dari barang sampai dengan kehilangan sosok yang disayang. sejatinya kehilangan adalah sebuah keniscahyaan yang mau tidak mau, siap tidak siap harus diterima dan disiapkan.
Sakit mungkin itu kata yang tepat diutakarakn ketika sakit. Kehilangan kepercayaan orang lain juga sakit, namun terkadang yang menjadi renungan adalah kehilangan kepercayaan kepada orang lain.
Sejatinya, kepercayaan akan menghasilkan sebuah kasih sayang. akan tetapi tidak semuanya berujung demikian, mengapa demikian ?
Sahabat..
Aku memahami bahwa kesakitan itu terkaang hadri dikarenakan ulah kita sendiri. Takkala hati ini terdiam dan hening dalam menyikapi sesuatu bukan berarti tidak menyayangi atau tidak lagi percaya. bukan akan tetapi, keheningan akan menghadirkan sebuah ketenangan karena semua butuh waktu untuk pemulihan.
Kini bersama dengan awan yang terus berarak, mentari yang masih menyinari bumi, perlahan tetapi pasti mentari menghilang. hilang dala peradaban sesaat namun menuju selamanya.

Senin, 14 September 2015

Mati Rasa

Ketika hati memilih diam dan hening
Tak menyapa dan berusaha menjadi mati rasa
Tak ada lagi kata manis, asin, dan pahit
Karena semuanya sama tanpa rasa

Luka dihati yang masih menganga
Tak ada obat yang mampu menyembuhkannya
Hanya cuka dan air keras yang mampu menbuatnya tak lagi mati rasa

Entahlah...
Kutilang masih berkicau dan bercerita
Meskipun merpati telah siap meninggalkan sangkarnya
Entahlah...
Bukan sekedar sebuah cerita ulasan
Tetapi juga bukan hujatan
Hehmhh...

Kehadiran yang tak diharapkan
Kepergian yang tak diinginkan
Apa gerangan yang kau inginkan
Aku hanya mampu melukiskan kekecewaan

Menara Cahaya : Akankah?

Kaki hanya mampu berdiri tegak dan diam
Tangan bersembunyi kebelakang badan
Mulut kaku untuk mengucap sesuatu

Diamnya kaki bukan karena tak lagi mampu melangkah
Bersembunyinya tangan bukan karena tak lagi mampu menggenggam
Heningnya lisan bukan karena ia tunarungu

Tembok itu tidak sekokoh dulu
Tembok itu tidak sekuat dulu
Tembok itu tidak seindah dulu

Tembok itu tak lagi kuasa menahan hembusan angin yang terus berhembus
Tembok itu tak lagi memberi ruang untuk coretan keluh kesah pejuang
Tembok itu kini hanyalah tembok yang berfungsi sebagai pembatas

Mungkinkah menara cahaya itu berdiri dengan sempurna.
Sedangkan aku,kamu, dan kita enggan menjadi penyempurnanya.

Minggu, 13 September 2015

Rindu

Wahai Rindu
Bagaimana aku mengutarakanmu kepada orang yang tak tau kini dimana keberadaannya.          
Entahlah...
Entah siapa, entah dimana, entah kapan akan dipertemukan oleh-Nya.

Wahai Rindu
Kau memilukan bagi diri ini.
Hanya tatapan mata yang mengarah pada langit
Hanya gumam cinta yang tak tau kapan dia berlabuh
Mungkinkah kini dia menatap langit yang
 sama denganku?

Wahai Rindu yang menyesakkan qolbu.
Kau hadir bagai fatamorgana
Entah dimana, siapa dan bagaimana mengutarakan mu wahai rindu.

Wahai Rindu
Ku mohon berdamailah padaku
Berdamailah pada hatiku
Agar aku mampu melatakkanmu ditempat yang tepat lagi syahdu
Yaitu dalam doa di sepertiga malamku.

Saatnya Hati Bicara

Tangan sangat lihai menuliskan segala cerita.
Meskipun semua tak seperti realita yang ada.
Mulut sangat pandai merangkai kata indah.
Meskipun kalimat dusta yang terlontar olehnya.

Seelok apapun tangan menuliskan.
Seindah apapun mulut melontarkan.
Namun hati tak akan mampu mengubah hitam menjadi putih.

Belajar menjadi yatim piatu dalam jalan yang terjal.
Belajar menjadi kotak sampah di taman kota yang indah.

Meskipun terkadang berusaha menjadi pelangi namun tak diharapkan kehadirannya.
Meskipun menjadi badai yang tak disukai kedatangannya.

Sulit memisahkan antara mata, telinga dan perasaan.

Senin, 07 September 2015

Masih sanggupkah?

Tidur yang sangat melelapkan, sampai tak terasa jika mentari telah melanglang buana dalam kehidupan di muka bumi. Seketika itu sinar kesahduan menyinari wajah yang terlahir tanpa ekspresi, menyilaukan mata yang semenjak semalam enggan menyapa dunia sehingga dengan terpaksa bola mata berontak hingga membuka peluang perjuangan untuk hari ini.
"Ehmh, sudah siang ternyata" sosok perindu kenyamanan dalam sentuhan syahdu benda yang memberikan kenyamanan untuk merangkai mimpi indah yang semu. Semangat cahaya mentaru terlihat menampakkan butir debu yang beterbangan disudut ruang itu.
"Alhamdulillahhilladziahyanaba'damaamatanawailaihinusur" seketika pejuang terbangun dan berdiri serta segera membuka jendela agar cahaya cinta mentari mampu menebar cinta keseluruh penjuru bumi.
"Behh, silau bro"-"Assalamualaikum dunia" adakah cinta yang tulus bagiku hari ini?" Sahut sang pejuang.
Kini pejuang sedang merasakan gundah gulana, hatinya tak mampu bersatu membentuk menara ikhlas agar kaki mampu melangkah lebih jauh. Entah apa penyebabnya pejuang kini memilih menyendiri dan membatasi berkomunikasi dengan pejuang lain yang dulu membersamainya.
"Kaki masih ingin dan sanggupkah kau melangkah ? Wahai hati masih sanggupkah kau menahan kesabaran dijalan ini? Wahai tangan masih mau dan mampukah engkau mengegnggam tangannya dan berjuang bersamsama ? Wahai lisan masih kah kau setia memberi nasihat untuk kebaikan? Wahai telinga masih kau bersedia mendengar keluh kesah adikmu yang masih berjuang?" Gumamnya dalam hati.
Tetes air mata tak mampu ditahan, dia jatuh seiring dengan pergerakkan pikiran yang memutar kejadian hari itu.

Rabu, 02 September 2015

Matahari dan Bumi

Matahari masih bersinar dan tidak pernah henti menmberikan cahayanya kepada kekasihnya si bumi.
Tidak pernah berlebihan caranya mencintai, tidak pernah dia berikrar untuk mendekati sang bumi apalagi ingin mememluk sang bumi.
Andaikan manusia seperti matahari dan bumi dalam menimplementasikan nikmat cinta.
Tidak perlu berkomunikasi
Tidak juga harus berjumpa
Tidak harus selalu bersama
Akan tetapi selalu memberi kebermanfaatan atas kecintaan kepada sang pemilik alam semesta.
Tidak pernah matahari mencintai secara berlebihan,
Terkadang terik, terkadang sejuk, dan terkadang tidak memberikan cahya sesuai dengan kebutuhan sang bumi.
Tidak pernah keduanya  saling sapa apalagi saling sentuh dan berikrar untuk saling memiliki.
Karena keduanya tahu cinta-Nya saja sudah cukup.
Iya Cukup!
MEngapa harus saling berjumpa
Mengapa harus saling sentuh
Mengapa harus saling berikrar untuk saling mencintai
Namun akhirnya terbakar karena panasnya nafsu yang membara

Senin, 17 Agustus 2015

Potret Indonesia di Usia 70 Tahun



Hari ini 17 Agustus 2015 bertepatan dengan hari memperingati kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-70 Tahun. Sudah cukup tua negara ini merdeka, sudah setengah abad lebih negara ini berdiri sejak kali pertama proklamasi kemerdekaan di ikrarkan. Selama 70 Tahun Indonesia berdiri sudah melewati masa dan permasalahan yang silih berganti, banyak prestasi yang diraih Indonesia selama 70 Tahun silam. Selama itu pula permasalahan yang hadir menguji bangsa ini semakin besar “Semakin tinggi pohon maka semakin besar pula angin yang meniupnya”. Saat ini diusia ke-70 tahun Rupiah semakin melemah, pekerja asing dari china berbondng-bondong masuk ke dalam negeri, bendera asing berkibar di tolikora, hukum semakin tidak ada kejelasan, konflik internal organisasi (ormas) semakin marak terjadi, korupsi dimana-mana, dan permasalahan lainnya yang terus terjadi seiring dengan bertambahnya usia negara Indonesia. Dengan permasalahan yang silih berganti hadir maka semakin terlihat bagaimana komitmen pemerintah terhadap negara ini, mereka sebagai wakil rakyat harus memperjuangkan nasib rakyat yang kini mayoritas diujung tanduk.
Nilai rupiah yang semakin melemah, ini membuat rakyat tercekik akan sebuah keadaan, pengangguran masih bertaburan dimana-mana akan tetapi pemerintah membiarkan tenaga kerja asing dengan santai masuk ke negeri ini tanpa mempertimbangkan nasib rakyat pribumi yang masih bersahabat dengan kesengsaraan. Jika melihat fenomena ini, sebagian besar orang akan menyalahkan rakyat dan juga ada yang menyalahkan pemerintah. Hal itu sudah pasti karena memang merupakan sebuah keniscahyaan. Sebagian orang yang menyalahkan rakyat pasti akan mengatakan bahwa kesengsaraan yang diderita rakyat adalah kesalahan diri rakyat sendiri, mengapa dia tidak mencari pekerjaan atau dulu mempersiapkan pendidikan yang tinggi agar mendapatkan pekerjaan yang layak. Akan tetapi dari sudut pandang yang lain, bukankah setiap waga negara memiliki hak mendapatkan pekerjaan yang layak ? dan dijamin akan kesejahteraan hidupnya ?. Memang pada dasarnya pemerintah tidak diam, akan tetapi sudahkan pemerintah bergerak untuk masyarakat menenga ke bawah ? atau bergerak untuk rakyat kelas atas ?. ketika pemerintah lebih memikirkan rakyat pribumi maka apakah tindakan pembiaran mengizinkan tenaga kerja asing masuk dengan sesuka hati di negeri ini ?
Selain itu, keadaan hukum yang ada di negeri ini. bermula dari terbatasnya kebebasan pers dalam mempublish berita, ketidak netralan pers yang ada di negeri ini mencerminkan bagaimana kedzoliman di negeri ini. lalu dimana ketak kebebasan berpendapat yang diatur di negeri ini ? dimana rakyat dapat mendapatkan berita yang valid dan terkini dinagara yang katanya demokrasi ini ?. selain itu, muncul kembali rencana pasal penghinaan presiden yang jelas bagaimana realita negeri ini. lalu perlukan rakyat juga mengusulkan pasal larangan penghinaan rakyat ?. Bukankah Indonesia adalah negara demokrasi dimana kekuasaan tertinggi ada ditangan rakyat ? masihkan teori itu berlaku di negeri ini ? atau hanya tinggal kalimat yang berubah makna?. Realita yang lebih menyakitkan adalah ketika HAM perlahan tetapi pasti mulai terkikis, pembunuhan sadis selalu terjadi dan kemanakan hukum kita ? Prinsip pasak kini semakin melakat dengan hukum dinegeri ini, hukum berlaku tegas untuk rakyat yang lemah akan tetapi tumpul dan bagai singa ompong untuk manusia setengah dewa yang menguasai negara ini.
Selain itu, hal yang sangan mengiris hati rakyat adalah perihal pendzoliman salah satu agama yang ada di indonesia, agama yang jelas adalah agama mayorts namun sekan menjadi minoritas. Dimana keadilan beragama di negeri ini ? ketika umat minoritas menjalankan hari raya dijaga dengan ratusa aparat, akan tetapi ketika agama mayoritas diserang di hari raya semua terdiam dan membisu bahkan hening tanpa suara. Inikah keadilan ? inikah toleransi ? inikah ?
Dari sudut pendidikan memang saat sekolah wajib 9 Tahun atau bahkan wajib 12 Tahun. Lalu dengan mewajibkan sekolah 12 Tahun apakah sudah memenuhi bekal da kriteris SDM di dunia kerja ? ternyata belum. Karena memang saat ini yang banyak dibutuhkan adalah lulusan perguruan tinggi, bahkan jumlah sarjana pengangguranpun banyak saat ini bahkan berdasarkan data statistik indonesia dalam angka tahun 2013 jumlah maksimum pengangguran sekitar 11.90 juta orang (sumber : http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/973), angka ini sangat memprihatinkan akan keadaan bangsa ini. Jumlah pendidikan tinggi negeri dan swasta sangat banyak dinegeri ini, akan tetapi kualitas sarjana baik yang diciptakan masih sangat sedikit. Selain itu, biaya pendidikan saat ini yang sangat tinggi dengan sistem UKT yang diterapkan sejak tahun 2013, bahkan kemarin ketika daftar ulang SNMPTN di salah satu perguruan tinggi di sumatera ada salah seorang calon mahasiswa yang bimbang apakah ingin melanjutkan kuliah atau tidak karena memang UKT yang sangat tinggi. Inikah potret negeri ini diusia 70 Tahun, kapankah Indonesia akan merdeka ?
Indonesia akan merdeka yang sebenarnya merdeka tidak lepas dari peran pemuda, pemuda yang mampu mengubah negara ini, meluruskan negara ini adalah pemuda yang memiliki akhlak yang baik sehingga mampu mendukung pembangunan dengan pemikiran dan gerak yang berkualitas. Potret para manusia setengah dewa yang kini mencoreng negara ini tidak lain dan tidak bukan karena proses selama menjadi pemuda. Kini sangat dibutuhkan pemuda yang mampu menjunjung tinggi nilai agamanya, nilai nasionalisme dan patriotime sehingga mampu memperbaiki bangsa ini. perubahan tersebut dapat dicapai bermula dari meruba diri sendiri, misalnya saja dengan menerapkan nilai-nilai kesopanan dalam berperilaku, menghormati benedera ketika upacara 17 Agustus. Memang perihal menghormati bendera 17 agustus adalah hal kecil yang sangat mudah diremehkan dengan dalih “menghormati negara ini bukan hanya dengan menghormati bendera, akan tetapi dengan kerja nyata” iya benar itu adalah pendapat yang sangat tepat. Akan tetapi bukankah upacar 17 agustus adalah salah satu perilaku nyata dalam menghormati negara ini ?jika yang kecil tak mampu dihargai, bagaimana mungkin bisa menghargai hal yang besar ?
Semoga pemuda sadar akan terkikisnya moral bangsa ini, semoga seluruh elemen masyarakat sadar keadaan negara ini. bersatu kini harus bersatu seperti amanat sila ke tiga ‘persatuan indonesia”, bangsa lain takut karena kita bersatu, tmarilah kita rajut kembali kebersatuan kita untuk negara tercinta INDONESIA, kita hidup berdampingan dalam bingkai “bhineka Tunggal ika”. Maka jayalah Indonesiaku, Bangkitlah negeriku, bersatulah saudaraku. Kita adalah generasi bangsa dan Indonesia membutuhkan kita !
Sekali merdeka TETAP MERDEKA !!!

Jumat, 14 Agustus 2015

Mengikat Bayangan

"Jangan pernah kau mengandalkan orang lain, karena bayanganmu pun akan menghilang ketika datangnya gelap". kalimat sederhana namun makna menghujam bumi hingga kedalaman yang tidak terhingga.
"tik..tik..tik" pagi itu air bergemuruh jatuh dari langit, seketika membuat nafsu tidur semakin tinggi. "Indahnya hari ini" Sijon berkata sambil terus menarik selimutnya sampai menutupi seluruh tubuhnya yang terlentang lemas diatas kasur dikamarnya.
"kring..kring..kring" suara panggilan telepon berdering memecahkan suasana hening saat itu. "Halo ?Assalamualaikum, akhi jon dimana antum?" iya "dirumah, ada apa?"kata sijon . Ana rindu antum akhi terdengar kalimat itu dari telepon yang ternyata adalah sahabat setia sijon dikampus. "Maaf ini dengan siapa?" kata sijon, "ini ana Riko"Sahutnya. Oh iya ingat, ada apa?

*perbincangan terus berlanjut ditemani dengan tetesan air hujan yang membasahai permukaan bumi*

Hening, ketika pertaynaan itu terlontar. Riko sontak merasa terhunus dengan kalimat yang menurutnya menyakitkan baginya. "Akhi, antum sibuk ?. Sijon terhening. "akh, antum dimana saat in ?, kenapa tidak pernah bersua bersama lagi ". "tidak apa-apa" jawab sijon.
*****
"aku kemarin pergi ketaman ukhuwah, aku mencari dirimu dan yang lainnya disana, aku tak melihat wujudmu dan mereka, entahlah kalian ada dimana? saya fikir kalian sibuk dengan semua aktivitas kalian. Aku hanya melihat bayanganmu dan mereka, hanya sebatas bayangan. Rasanya aku ingin memeluk bayangan itu, namun apa daya aku tak mampu dan kemudian aku berlari mengambil tali yang kudapati ditaman ukhuwah, aku berusaha mengejar bayangan itu dan aku mencoba mengikatnya dengan erat. Namun ternyata aku tak mampu melakukannya, setelah itu aku tersadar bahwa itu hanya sebuah bayangan yang terus melangkah pergi" sijon bercerita dengan derai air mata dikamarnya. "akhi, maksudnya?' Sahut Riko.
"maaf" kata sijon dan dia mematikan telepon itu.

Selasa, 11 Agustus 2015

Pemuda, BANGKIT !

Pemuda adalah sosok pejuang.
Tidak musti berjuang dengan retorika yang apik, namun tanpa aksi pergerakan.
Perjuangan tak musti dengan pandai beretorika, meskipun itu perlu dilakukan.
Kau punya apa? Pena? Hanya pena dan kertas?
Berjuanglah dengan yang kau punya wahai pemuda!
Kau ambil peranmu untuk mengobati sakit pilu hati ibu pertiwi!
Sedih dan meronta hatinya.
Kau pemuda!
Gerak mu bukan gerakan ambisius! Karena Indonesia tak butuh itu!
Semangatmu bukan semangan organisatoris! Karena kau pejuang bukan penjilat kehormatan!
Kau adalah pemuda
Sosok pemimpin yang dirindukan negeri ini
Bangkitlah pemuda!
Indonesia butuh diri mu
Jangan kau duduk leha di sana!
Bangun dari tempat tidurmu!
Lari !
Bergerak!
Pemuda bukanlah sosok yang semangat hanya ketika keuntungan di depan mata!
Jabatan ?! Semua hanya menjadi sampah Jika tanpa aksi perubahan!
Retorika tak penting! Jika tak disertai dengan tindakan!
Kau pejuang atau penjilat ?!
Kau pejuang atau peneriak kalimat dusta!
Jangan sampai ku hunuskan pedang keleher mu!

Minggu, 09 Agustus 2015

Untuk dia


Disini dalam kesejukkan pagi hari
Disini dalam kehangatan sang mentari
Disini dalam keasrian si senja hari
Disini dalam keindahan dekapan sang bulan dan bintang
Menanti waktu yang tepat untuk ku jemput dirimu
Meminang dirimu dihadapan keluargamu
Sungguh aku menyanyangimu dan keluargamu karena Allah
Aku ingin dekapan ukhuwah islmi itu hadiri di keduanya
Aku ingin Barokah-Nya memeluk keduanya pula
Aku ingin bersanding denganmu dalam Dekapan, Barokah, Rihdonya...

Tuhan, aku ingin seperti mereka


Tuhan..
Aku ingin seperti mereka
Mendapatkan perhatian dari orangtuanya
Tuhan..
Aku ingin seperti mereka
Tersenyum, bercanda dengan ayah dan ibunya
Tuhan..
Aku ingin seperti mereka
Selalu ada senyum untuk dunia
Tuhan..
Aku ingin seperti mereka
Selalu bercahaya setiap waktunya
Tuhan..
Aku ingin seperti mereka
Selalu dikenang oleh dunia setiap hembusan nafasnya
Tuhan..
Aku ingin seperti mereka
Tidak pernah ada keluhan dari mulutnya
Tuhan..
Mulai saat ini
Aku ingin tidak akan pernah ada lagi
Air mata yang menetesi pipi ini


                                                                                    Karya : Riky Farizal (13 April 2012)

Teman...


Teman…
 Jika suatu saat nanti kita dipertemukan
 Ajari aku sebagai sahabat yang baik
 Sahabat selalu mendukung dan mendengar keluh kesah
 Seorang pejuang

Teman…
 Jika suatu saat nanti kita disatukan
 Dalam suatu ikatan yang diberkahi
 Ajari ku sebagai seorang istri dan ibu
 Mendidik anak-anak yang tangguh dengan segala kondisi
 Di rumah kita nanti

Teman…
 Jika suatu saat nanti aku salah
 Maka ajarilah aku untuk memperbaiki kesalahan itu
 Dengan cara-cara penuh kasih dan cinta
 Bukan dengan caci maki atau mendiamkannya

Teman…
 Jika suatu saat nanti aku tak bisa seperti engkau ingin
 Maka terimalah ia apa adanya
 Jangan engkau berpaling dari ia
 Karena ia sadar jauh dari sempurna
 Dan tak cantik

Teman…
 Jika suatu saat nanti ia tak bisa mengerti dan paham
 Dengan penjelasan dan keinginan engkau semua
 Mohon jangan cepat engkau mengatakan
 Ia manusia tak berguna

Karena ia perlu proses untuk memahami dan mengerti
 Tentang sikap dan rasa engkau
 Karena engkau adalah orang baru dalam hidupnya
 Selama ini ia hanya paham
 Tentang tanggung jawab sebagai anak

Teman…
 ku berharap pada mu…
 Ajari aku untuk mencintai Illah
 Ajari aku tentang rindu
 Ajari aku tentang perjuangan
 Ajari aku tentang ketulusan
 Ajari aku tentang kesabaran

Jangan pernah engkau bosan untuk mengajari ku
 Karena aku perlu bimbingan….
 Melalui bimbingan mu
 aku merasa mulia dan bahagia
 Hingga apa yang kita lalui bersama
 Berbuah ketulusan cinta dan mencintai

#copas . . .