Kamis, 29 Oktober 2015

Terima Kasih

Setahun yang lalu, aku dipertemukan dengan manusia asing dalam hidupku. Dia bukanlah lawan ku akan tetapi dia sama dengan aku. Memang dia bukanlah orang yang shalih, tetapi entahlah bagiku dia memiliki masa depan yang cerah dan sangat membanggakan bagiku.
Setiap harinya aku senantiasa membersamai langkah perjuangannya, bagiku dia adalah salah satu motivasi mengapa kini aku masih berahan disini, dengan tida menomorduakan Allah dan Orangtuaku.
Aku membersamainya dengan kasih sayng seorang kakak, dengan cinta dari langit aku taburkan kekehidupannya. Nasihat agar dia tersadar dari jalannya yang tak benar, kurasa dia adalah pendengar yang baik. tetapi aku salah.
Iya aku salah besar menilai seseorang. Namun tidak mengapa, bagaimana mungkin orang yang paling aku sayang dan aku percayai mengkhianatiku, membohongiku dengan cara yang seakan menghujam pedang tajam ke leherku.
Ingin rasanya aku pergi dan tak acuh pada dirinya, namun bagaimana mungkin air mata penyesalan telah hadir? Kalimat "Maaf kak" sudah terucap, rasanya sangat dzolim jika diri ini meninggalkannya dalam jurang kenistaan. Bukankah sampah harus didaur agar lebih bermanfaat ? Namun siapa yang harus berkorban menahan ba sampah yang tak sedap ? yang mungkin akan berdampak atau berimbas pada diri ini ?
Bukankah disini pertemanan diuji ?
Apakah diri ini sudah benar mencintai ? Sudah benar menyayangi ?
TIDAK. Sepertinya tidak mungkin jika aku mennggalkannya.
Meskipun semakin terlihat bahwa dia yang akan meninggalkanku dengan kehidupannya yang mungkin lebih indah.
Terimakasih dik atas pelajaran ini.
Aku menyadari bahwa Kita harus berbuat baik kapanpun dengan Lillah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar