Selasa, 03 November 2015

Kesempatan Terakhir

Kemarin Allah mempertemukan antara dirimu dan diriku dalam suatu ikatan ukhuwah yang menenangkan. Dekapan yang menyatukan antara dua manusia yang terlahir dari rahim yang berbeda dengan sifat yang sedikit berbeda.
Kemarin aku melihat raut wajah kelam menyelimuti dirimu, rasa ingin tahu akan dirimu seketika hadir membakar semangat persaudaraan.
Sejatinya aku mengetahui bahwa kau belum shali (sama dengan aku) auramupun tak hanif (sedikit sama dengan aku). Kebersamaan yang terbentuk aku tabri degan cinta yang semata hanya bersimpuh dan berharap kepada Allah Swt.
Kemarin aku beri keeprcayaan 10% kepadamu, akan kegigihanmu dalam memperbaiki diri. aku berfikir bahwa kau adalah sosok manusia yang memiliki azzam yang kuat akan suatu perubahan, aku hanya tahu bahwa dulu kau pernah mendekati zina.
Namun ternyata aku keliru, ternyata kau lebih dari itu. Bagimu zina sudah biasa, bagimu itulah kenikmatan yang tak semua orang mendapatkannya.
Hari itu awan seketika berubah menjadi kelam dan diiringin dengan gemuruh yang menakutkan. Bumi menjadi gelap dan terang seakan diskotik alam, tak kusangka ukhuwah yang sudah kita bangun bersama dengan mengharap cahaya di surga kau rubuhkan begitu saja.
Kau hancurkan kepercaynku, kau khianati kasih sayangku, kau bohongi diriku hingga sang hati luka lebab dan bahkan bernanah ulahmu. Sakit, bukan hanya sekedar sakit.
Seakan mimpi disambar petir disiang bolong, kau lakukan hal itu tanpa mempertimbangkan akan perjuanganku. Itu adalah perbuatan yang memalukan menurutku, perbuatan manusia murahan yang tidak tahu diri bagiku.
Memang siapa yang bisa menjamin bahwa aku lebih baik darimu ? Bukankah begitu adikku?
Memang benar siapa yang bisa menjamin bahwa kau tak lebih baik dariku ? Tidak ada bukan ?
Aku tidak pernah mempersalahkan semuanya, Tidak pernah. Air mata tak lagi mau mengalir, bahkan senyum masih sanggup ku melukiskannya dalam wajah sedu namun menyakitkan. Senyumku hanyalah senyum ketegaran yang kuciptakan dengan penuh perjuangan.
Aku tak mungkin melepasmu takkala tak lagi ada seorangpun yang percaya padamu. Bingung, sangat membingungkan kala itu. Siapa aku ? Mengapa harus aku ? Pertanyaan yan menyudutkanmu muncul seketika.
Dan pada akhirnya bumi mulai kembali bercahaya,
*****
Luka mulai melangkah dengan gagah
Melangkah dengan semangat perjuangan
Kesabaranakan terus mengalir bagaimana samudera yang tak akan pernah kering sampai akhir zaman. ketika mentari mulai memberi sinar kembali, rembulan kembali memantulkan cahaya dan awan kembali bersinar sebagai pelindung sengatnya cahaya panas sang mentari. Belum juga kalimat "sembuh" terucap, kekecewaan kembali oleh dirimu, bahkan tidak tanggung kau sobek lupa yang mulai mengering dan kau siram dengan cuka hingga membuat semua tarasa sangat sakit dan menyakitkan.
Aku ingin pergi namun kau tak mengizinkanku, namun kau selalu lukai aku. Sudahlah, mungkin aku tetap disini namun aku tak mampu berbuat seperti dulu. Kelak semoga kau tak akan merasakan bagaimana pedihnya dikhianati orang yang kita sayang sebagaimana yang kau lakukan padaku. Sudahlah, biarkan hati ini menangis pedih meski senyum akan tetap terlukis. Karena inilah bukti cintaku semata karena Allah, aku berikan kesempatan terakhir bagimu. Ini lah yang terakhir adikku, katanya "jika kau mencintainya maka jangan biarkan api neraka melalapnya" itu yang ku lakukan saat ini kepadamu.
#RLA