Jumat, 30 Oktober 2015

Ketidak Percayaan

Awan seketika menghitam dan gemuruh hadir seakan siap meruntuhkan apa yang ada di langit. Mentari tak lagi mampu menembus lapisan kebekuan lautan awan yang bergerak bersama menyelimuti keindahan awan yang setia memanjakan mata dengan segala keagungan yang ada. Sampai detik ini hati hanya mampu terdiam tak mampu mendefinisikan apa yang dirasa, tak mampu mentransfer cinta untuk makhluk lainnya. Hambar rasanya kehidupan ini, ketika kekecewaan menghantam dengan keras, pengkhianatan menusuk palung jiwa, kebohongan yang terjadi ibarat obat yang harus diminum sebanyak tiga kali setiap hari.
"Jangan berkhalwat" Nasihat yang selalu disampaikan mungkin telingan sudah enggan mendengarkannya, namun mlut masih setia menyampaikannya meskipun berbusa. Dengan cinta dan kesabaran tangan menggenggam agar terhindar dari jurang hina, kaki tertaih mengejar dirimu yang masih berlari dan enggan membersamai. "Sudahlah" terkadang kata keluh kesah terlontar dengan sendirinya, "Jangan" kata sang hati berontak akan sebuah keluh kesah tak berguna. "Sabar" bukankah dakwah adalah kesabaran ? Bukankah kita hanya mengajak dan merawat, dan hasil Mutlak urusan Allah ?.
Hati berusaha tegar dan menguatkan, namun apalah daya dengan bangga dirimu mengkhianati, dengan senang dirimu berbuat zina, sekana tak ada rasa bersalah kau terus membohongiku.
"SAKIT" jika kau merasakan apa yang aku rasa, ingin aku pergi karena merasa tak pernah dihargai, namun kau tetap mampu menggurui. "Sadar" entah kapan dirimu tersadarkan.
Sosok yang sepertinya polos dan 'alim (berilmu) yang sekaan memiliki azzam yang kuat untuk memperbaiki diri hanyalah rupa penipuan yang kau buat dan bodohnya aku adalah korban darimu.
Masih akan tetap terkenang sampai kapanpun, pertemuan kita kala sore itu di tengah lahan parkir kalimat pengingat telah kuucap, namun ternyata inilah sifatmu. Seorang yang menjual diri nya dengan sangat murah, sosok lelaki pecundang yang tak memiliki harga diri. "cintamu kau umbar, hasratmu kau jual, bahkan kehormatanmu kau gadaikan hanya untu melampiaskan nafsumu". Aku kecewa, sejatinya aku sangat kecewa. sampai detik ini aku tak masih berada dalam ruang kebingunga dan keheningan, sifatku saat ini hanyalah sebuah therapy agar hati kembali mampu menabar cinta untuk makhluk dimuka bumi, karena hati telah lelah dan trauma mendapatkan perlakuan yang sama seperti yang telah kau perbuat.

Kamis, 29 Oktober 2015

Terima Kasih

Setahun yang lalu, aku dipertemukan dengan manusia asing dalam hidupku. Dia bukanlah lawan ku akan tetapi dia sama dengan aku. Memang dia bukanlah orang yang shalih, tetapi entahlah bagiku dia memiliki masa depan yang cerah dan sangat membanggakan bagiku.
Setiap harinya aku senantiasa membersamai langkah perjuangannya, bagiku dia adalah salah satu motivasi mengapa kini aku masih berahan disini, dengan tida menomorduakan Allah dan Orangtuaku.
Aku membersamainya dengan kasih sayng seorang kakak, dengan cinta dari langit aku taburkan kekehidupannya. Nasihat agar dia tersadar dari jalannya yang tak benar, kurasa dia adalah pendengar yang baik. tetapi aku salah.
Iya aku salah besar menilai seseorang. Namun tidak mengapa, bagaimana mungkin orang yang paling aku sayang dan aku percayai mengkhianatiku, membohongiku dengan cara yang seakan menghujam pedang tajam ke leherku.
Ingin rasanya aku pergi dan tak acuh pada dirinya, namun bagaimana mungkin air mata penyesalan telah hadir? Kalimat "Maaf kak" sudah terucap, rasanya sangat dzolim jika diri ini meninggalkannya dalam jurang kenistaan. Bukankah sampah harus didaur agar lebih bermanfaat ? Namun siapa yang harus berkorban menahan ba sampah yang tak sedap ? yang mungkin akan berdampak atau berimbas pada diri ini ?
Bukankah disini pertemanan diuji ?
Apakah diri ini sudah benar mencintai ? Sudah benar menyayangi ?
TIDAK. Sepertinya tidak mungkin jika aku mennggalkannya.
Meskipun semakin terlihat bahwa dia yang akan meninggalkanku dengan kehidupannya yang mungkin lebih indah.
Terimakasih dik atas pelajaran ini.
Aku menyadari bahwa Kita harus berbuat baik kapanpun dengan Lillah.

Belajar Arti Ketulusan

Pernahkah kau merasakan arti kasih sayang ?
Pernahkah kau merasakan arti cinta ?
Saya rasa setiap orang pernah merasakan cinta dan kasih sayang, baik sebagai subjek maupun objek. Akan tetapi yang menjadi pertanyaan adalah takkala diajuka pertanyaan mengenai arti "Ketulusan". Apa gerangan arti Tulus ? Mengapa ia seakan sangat erat hubungannya dengan cinta dan kasih sayang.
Beberapa hari yang lalu, saya mendengarkan salah seorang remaja sedang menghubungi teman wanitanya, dan ia berkata "Aku sangat mencintai dan menyayangimu dengan Tulus". Sontak diri ini terdiam, takkala mendengar kata ketulusan.
Mencntai memangla sangat mudah, begitu pula dengan menyayangi keduanya adalah sebuah perbuatan yang sangat mudah. Bahkan tak heran dan sangat sering terjadi adanya Cinta pada pandangan pertama.
Sahabat...
Apakah engka pernah dikhianati  oleh orang yang kau sayangi ?
Pernahkan kau dibohongi oleh orang yang kau percayai ?
Pernahkan kau lebih memilih disakitit fisik dibandingkan dengan disakiti hatinya ?
Sahabat...
Jangan pernah kau mengaku bahwa engkau mencintai dengan tulus dan menyayangi dengan tulus, karena mngkin kau mampu berkata demikian dikarenakan kau belum mengetahui kekurangannya.
Tahukah engkau betapa tidak enaknya jika dibohongi dan dikhianati oleh orang yang kita sayang dan sangat kita percayai ?
Takkala nasihat yang kau sampaikan tidak pernah diperdulikan dan hanya dianggap sebagai aktivitas pemotretan hidup orang lain. Namun semua berujung kepada perbuatan yang menjerumuskan.
Sahabat...
Sejatinya jika kita mencintai dan menyayangi dengan tulus maka kita akan mampu menerima semuanya apa adanya, bukan karena ada apanya.
Bukankah setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan ?
Teringat sebuah nasihat bahwa jangan pernah kau mencari kesempurnaan akan tetapi sempurnakanlah segala hal yang ada padamu saat ini, termasuk cinta dan kasih sayang

Selasa, 20 Oktober 2015

Ukhti Bantu Aku

Ukhti...
Kata mereka engkau sangat mulia
Kata mereka engkau sangat anggun
Kata mereka engkau sangat syahdu
Kata mereka engkau sangat tinggi
Ukhti...
Dirimu adalah fitnah
Sampai kapanpun kau adalah fitnah
Rupamu adalah bara api
Dirimu adalah amanah
Ukhti...
Kata mereka suaramu aurat
Kata mereka rambutmu aurat
Kata mereka kakimu itu aurat
Kata mereka lekukmu itu aurat
Ukhti...
Bukankah aurat tak boleh aku lihat?
Lalu mengapa aku sangat mudah melihatnya?
Mengapa kau berikan aku kesempatan menumpuk dosa?
Ukhti...
Maukah kau membantuku?
Aku ingin menjauhi zina
Aku ingin hafalanku terjaga
Aku ingin mataku tetap mulia
Ukhti...
Aku mohon bantulah aku untuk itu
Bisa ya?
Bisa kan ukh?
Ukhti...
Aku mohon tutup auratmu
Agar Tuhanku tidak murka padaku
Agar mataku dapat melihat indahnya dunia
Tanpa harus melangkah sambil menutup mata

Sabtu, 10 Oktober 2015

Kehilangan

Pernahkah kau merasakan kehilangan ?
Saya fikir setiap orang pernah merasakan kehilangan, dari barang sampai dengan kehilangan sosok yang disayang. sejatinya kehilangan adalah sebuah keniscahyaan yang mau tidak mau, siap tidak siap harus diterima dan disiapkan.
Sakit mungkin itu kata yang tepat diutakarakn ketika sakit. Kehilangan kepercayaan orang lain juga sakit, namun terkadang yang menjadi renungan adalah kehilangan kepercayaan kepada orang lain.
Sejatinya, kepercayaan akan menghasilkan sebuah kasih sayang. akan tetapi tidak semuanya berujung demikian, mengapa demikian ?
Sahabat..
Aku memahami bahwa kesakitan itu terkaang hadri dikarenakan ulah kita sendiri. Takkala hati ini terdiam dan hening dalam menyikapi sesuatu bukan berarti tidak menyayangi atau tidak lagi percaya. bukan akan tetapi, keheningan akan menghadirkan sebuah ketenangan karena semua butuh waktu untuk pemulihan.
Kini bersama dengan awan yang terus berarak, mentari yang masih menyinari bumi, perlahan tetapi pasti mentari menghilang. hilang dala peradaban sesaat namun menuju selamanya.