Selasa, 08 Desember 2015

Kok kamu menel sih?

Seiap aktvitas dan keseharian dalam mengarungi kehidupan, tidak jrang kita menemukan seseorang yang berkedok agama (seakan sholeh/sholeha, seolah baik) hanya untuk melampiaskan nafsu bejatnya. Hal ini sering terjadi dalam lingkungan seorang laki-laki (ikhwan).
Pada hakikatnya seorang ikhwan memiliki tanggungjawab yang besar untuk melindungi wanita, bukan untuk menyakitinya apalagi menghinakannya. Tidak jarang kita menemukan ikhwan menel dan ganjen dalam kehidupan sehari-hari, termasuk di dalam lembaga dakwah sekalipun. Inilah yang membahayakan akan dakwah dan islam, hanya karena ulah Ikhwan ganjen dan menel Islam menjadi tercireng dan lembaga dakwah lah yang tersakiti.
Sangat heran dengan sosok manusia yang berani frontal terhadap wanita, memiliki kepribadian yang cukup membingungkan. Seorang yang maafnya hanya dibibir saja, penyesalannya hanya sesat saja, dan semuanya hanya skenario dan acting semata namun dirinya tetap bertahan dalam kehinaan dan kebejatan dirinya. (naudzubillah).
Ikhwan kamu kok menel dan ganjen sih ? kenapa kamu tidak menika saja jika memang kamu sudah kebelet pingin melampiaskannya ?. Bukankah "halal" itu sangat baik, dari pada kamu terus menghinakan dirimu dan mendorong orang tuamu keneraka kan ?.

Selasa, 03 November 2015

Kesempatan Terakhir

Kemarin Allah mempertemukan antara dirimu dan diriku dalam suatu ikatan ukhuwah yang menenangkan. Dekapan yang menyatukan antara dua manusia yang terlahir dari rahim yang berbeda dengan sifat yang sedikit berbeda.
Kemarin aku melihat raut wajah kelam menyelimuti dirimu, rasa ingin tahu akan dirimu seketika hadir membakar semangat persaudaraan.
Sejatinya aku mengetahui bahwa kau belum shali (sama dengan aku) auramupun tak hanif (sedikit sama dengan aku). Kebersamaan yang terbentuk aku tabri degan cinta yang semata hanya bersimpuh dan berharap kepada Allah Swt.
Kemarin aku beri keeprcayaan 10% kepadamu, akan kegigihanmu dalam memperbaiki diri. aku berfikir bahwa kau adalah sosok manusia yang memiliki azzam yang kuat akan suatu perubahan, aku hanya tahu bahwa dulu kau pernah mendekati zina.
Namun ternyata aku keliru, ternyata kau lebih dari itu. Bagimu zina sudah biasa, bagimu itulah kenikmatan yang tak semua orang mendapatkannya.
Hari itu awan seketika berubah menjadi kelam dan diiringin dengan gemuruh yang menakutkan. Bumi menjadi gelap dan terang seakan diskotik alam, tak kusangka ukhuwah yang sudah kita bangun bersama dengan mengharap cahaya di surga kau rubuhkan begitu saja.
Kau hancurkan kepercaynku, kau khianati kasih sayangku, kau bohongi diriku hingga sang hati luka lebab dan bahkan bernanah ulahmu. Sakit, bukan hanya sekedar sakit.
Seakan mimpi disambar petir disiang bolong, kau lakukan hal itu tanpa mempertimbangkan akan perjuanganku. Itu adalah perbuatan yang memalukan menurutku, perbuatan manusia murahan yang tidak tahu diri bagiku.
Memang siapa yang bisa menjamin bahwa aku lebih baik darimu ? Bukankah begitu adikku?
Memang benar siapa yang bisa menjamin bahwa kau tak lebih baik dariku ? Tidak ada bukan ?
Aku tidak pernah mempersalahkan semuanya, Tidak pernah. Air mata tak lagi mau mengalir, bahkan senyum masih sanggup ku melukiskannya dalam wajah sedu namun menyakitkan. Senyumku hanyalah senyum ketegaran yang kuciptakan dengan penuh perjuangan.
Aku tak mungkin melepasmu takkala tak lagi ada seorangpun yang percaya padamu. Bingung, sangat membingungkan kala itu. Siapa aku ? Mengapa harus aku ? Pertanyaan yan menyudutkanmu muncul seketika.
Dan pada akhirnya bumi mulai kembali bercahaya,
*****
Luka mulai melangkah dengan gagah
Melangkah dengan semangat perjuangan
Kesabaranakan terus mengalir bagaimana samudera yang tak akan pernah kering sampai akhir zaman. ketika mentari mulai memberi sinar kembali, rembulan kembali memantulkan cahaya dan awan kembali bersinar sebagai pelindung sengatnya cahaya panas sang mentari. Belum juga kalimat "sembuh" terucap, kekecewaan kembali oleh dirimu, bahkan tidak tanggung kau sobek lupa yang mulai mengering dan kau siram dengan cuka hingga membuat semua tarasa sangat sakit dan menyakitkan.
Aku ingin pergi namun kau tak mengizinkanku, namun kau selalu lukai aku. Sudahlah, mungkin aku tetap disini namun aku tak mampu berbuat seperti dulu. Kelak semoga kau tak akan merasakan bagaimana pedihnya dikhianati orang yang kita sayang sebagaimana yang kau lakukan padaku. Sudahlah, biarkan hati ini menangis pedih meski senyum akan tetap terlukis. Karena inilah bukti cintaku semata karena Allah, aku berikan kesempatan terakhir bagimu. Ini lah yang terakhir adikku, katanya "jika kau mencintainya maka jangan biarkan api neraka melalapnya" itu yang ku lakukan saat ini kepadamu.
#RLA

Jumat, 30 Oktober 2015

Ketidak Percayaan

Awan seketika menghitam dan gemuruh hadir seakan siap meruntuhkan apa yang ada di langit. Mentari tak lagi mampu menembus lapisan kebekuan lautan awan yang bergerak bersama menyelimuti keindahan awan yang setia memanjakan mata dengan segala keagungan yang ada. Sampai detik ini hati hanya mampu terdiam tak mampu mendefinisikan apa yang dirasa, tak mampu mentransfer cinta untuk makhluk lainnya. Hambar rasanya kehidupan ini, ketika kekecewaan menghantam dengan keras, pengkhianatan menusuk palung jiwa, kebohongan yang terjadi ibarat obat yang harus diminum sebanyak tiga kali setiap hari.
"Jangan berkhalwat" Nasihat yang selalu disampaikan mungkin telingan sudah enggan mendengarkannya, namun mlut masih setia menyampaikannya meskipun berbusa. Dengan cinta dan kesabaran tangan menggenggam agar terhindar dari jurang hina, kaki tertaih mengejar dirimu yang masih berlari dan enggan membersamai. "Sudahlah" terkadang kata keluh kesah terlontar dengan sendirinya, "Jangan" kata sang hati berontak akan sebuah keluh kesah tak berguna. "Sabar" bukankah dakwah adalah kesabaran ? Bukankah kita hanya mengajak dan merawat, dan hasil Mutlak urusan Allah ?.
Hati berusaha tegar dan menguatkan, namun apalah daya dengan bangga dirimu mengkhianati, dengan senang dirimu berbuat zina, sekana tak ada rasa bersalah kau terus membohongiku.
"SAKIT" jika kau merasakan apa yang aku rasa, ingin aku pergi karena merasa tak pernah dihargai, namun kau tetap mampu menggurui. "Sadar" entah kapan dirimu tersadarkan.
Sosok yang sepertinya polos dan 'alim (berilmu) yang sekaan memiliki azzam yang kuat untuk memperbaiki diri hanyalah rupa penipuan yang kau buat dan bodohnya aku adalah korban darimu.
Masih akan tetap terkenang sampai kapanpun, pertemuan kita kala sore itu di tengah lahan parkir kalimat pengingat telah kuucap, namun ternyata inilah sifatmu. Seorang yang menjual diri nya dengan sangat murah, sosok lelaki pecundang yang tak memiliki harga diri. "cintamu kau umbar, hasratmu kau jual, bahkan kehormatanmu kau gadaikan hanya untu melampiaskan nafsumu". Aku kecewa, sejatinya aku sangat kecewa. sampai detik ini aku tak masih berada dalam ruang kebingunga dan keheningan, sifatku saat ini hanyalah sebuah therapy agar hati kembali mampu menabar cinta untuk makhluk dimuka bumi, karena hati telah lelah dan trauma mendapatkan perlakuan yang sama seperti yang telah kau perbuat.

Kamis, 29 Oktober 2015

Terima Kasih

Setahun yang lalu, aku dipertemukan dengan manusia asing dalam hidupku. Dia bukanlah lawan ku akan tetapi dia sama dengan aku. Memang dia bukanlah orang yang shalih, tetapi entahlah bagiku dia memiliki masa depan yang cerah dan sangat membanggakan bagiku.
Setiap harinya aku senantiasa membersamai langkah perjuangannya, bagiku dia adalah salah satu motivasi mengapa kini aku masih berahan disini, dengan tida menomorduakan Allah dan Orangtuaku.
Aku membersamainya dengan kasih sayng seorang kakak, dengan cinta dari langit aku taburkan kekehidupannya. Nasihat agar dia tersadar dari jalannya yang tak benar, kurasa dia adalah pendengar yang baik. tetapi aku salah.
Iya aku salah besar menilai seseorang. Namun tidak mengapa, bagaimana mungkin orang yang paling aku sayang dan aku percayai mengkhianatiku, membohongiku dengan cara yang seakan menghujam pedang tajam ke leherku.
Ingin rasanya aku pergi dan tak acuh pada dirinya, namun bagaimana mungkin air mata penyesalan telah hadir? Kalimat "Maaf kak" sudah terucap, rasanya sangat dzolim jika diri ini meninggalkannya dalam jurang kenistaan. Bukankah sampah harus didaur agar lebih bermanfaat ? Namun siapa yang harus berkorban menahan ba sampah yang tak sedap ? yang mungkin akan berdampak atau berimbas pada diri ini ?
Bukankah disini pertemanan diuji ?
Apakah diri ini sudah benar mencintai ? Sudah benar menyayangi ?
TIDAK. Sepertinya tidak mungkin jika aku mennggalkannya.
Meskipun semakin terlihat bahwa dia yang akan meninggalkanku dengan kehidupannya yang mungkin lebih indah.
Terimakasih dik atas pelajaran ini.
Aku menyadari bahwa Kita harus berbuat baik kapanpun dengan Lillah.

Belajar Arti Ketulusan

Pernahkah kau merasakan arti kasih sayang ?
Pernahkah kau merasakan arti cinta ?
Saya rasa setiap orang pernah merasakan cinta dan kasih sayang, baik sebagai subjek maupun objek. Akan tetapi yang menjadi pertanyaan adalah takkala diajuka pertanyaan mengenai arti "Ketulusan". Apa gerangan arti Tulus ? Mengapa ia seakan sangat erat hubungannya dengan cinta dan kasih sayang.
Beberapa hari yang lalu, saya mendengarkan salah seorang remaja sedang menghubungi teman wanitanya, dan ia berkata "Aku sangat mencintai dan menyayangimu dengan Tulus". Sontak diri ini terdiam, takkala mendengar kata ketulusan.
Mencntai memangla sangat mudah, begitu pula dengan menyayangi keduanya adalah sebuah perbuatan yang sangat mudah. Bahkan tak heran dan sangat sering terjadi adanya Cinta pada pandangan pertama.
Sahabat...
Apakah engka pernah dikhianati  oleh orang yang kau sayangi ?
Pernahkan kau dibohongi oleh orang yang kau percayai ?
Pernahkan kau lebih memilih disakitit fisik dibandingkan dengan disakiti hatinya ?
Sahabat...
Jangan pernah kau mengaku bahwa engkau mencintai dengan tulus dan menyayangi dengan tulus, karena mngkin kau mampu berkata demikian dikarenakan kau belum mengetahui kekurangannya.
Tahukah engkau betapa tidak enaknya jika dibohongi dan dikhianati oleh orang yang kita sayang dan sangat kita percayai ?
Takkala nasihat yang kau sampaikan tidak pernah diperdulikan dan hanya dianggap sebagai aktivitas pemotretan hidup orang lain. Namun semua berujung kepada perbuatan yang menjerumuskan.
Sahabat...
Sejatinya jika kita mencintai dan menyayangi dengan tulus maka kita akan mampu menerima semuanya apa adanya, bukan karena ada apanya.
Bukankah setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan ?
Teringat sebuah nasihat bahwa jangan pernah kau mencari kesempurnaan akan tetapi sempurnakanlah segala hal yang ada padamu saat ini, termasuk cinta dan kasih sayang

Selasa, 20 Oktober 2015

Ukhti Bantu Aku

Ukhti...
Kata mereka engkau sangat mulia
Kata mereka engkau sangat anggun
Kata mereka engkau sangat syahdu
Kata mereka engkau sangat tinggi
Ukhti...
Dirimu adalah fitnah
Sampai kapanpun kau adalah fitnah
Rupamu adalah bara api
Dirimu adalah amanah
Ukhti...
Kata mereka suaramu aurat
Kata mereka rambutmu aurat
Kata mereka kakimu itu aurat
Kata mereka lekukmu itu aurat
Ukhti...
Bukankah aurat tak boleh aku lihat?
Lalu mengapa aku sangat mudah melihatnya?
Mengapa kau berikan aku kesempatan menumpuk dosa?
Ukhti...
Maukah kau membantuku?
Aku ingin menjauhi zina
Aku ingin hafalanku terjaga
Aku ingin mataku tetap mulia
Ukhti...
Aku mohon bantulah aku untuk itu
Bisa ya?
Bisa kan ukh?
Ukhti...
Aku mohon tutup auratmu
Agar Tuhanku tidak murka padaku
Agar mataku dapat melihat indahnya dunia
Tanpa harus melangkah sambil menutup mata

Sabtu, 10 Oktober 2015

Kehilangan

Pernahkah kau merasakan kehilangan ?
Saya fikir setiap orang pernah merasakan kehilangan, dari barang sampai dengan kehilangan sosok yang disayang. sejatinya kehilangan adalah sebuah keniscahyaan yang mau tidak mau, siap tidak siap harus diterima dan disiapkan.
Sakit mungkin itu kata yang tepat diutakarakn ketika sakit. Kehilangan kepercayaan orang lain juga sakit, namun terkadang yang menjadi renungan adalah kehilangan kepercayaan kepada orang lain.
Sejatinya, kepercayaan akan menghasilkan sebuah kasih sayang. akan tetapi tidak semuanya berujung demikian, mengapa demikian ?
Sahabat..
Aku memahami bahwa kesakitan itu terkaang hadri dikarenakan ulah kita sendiri. Takkala hati ini terdiam dan hening dalam menyikapi sesuatu bukan berarti tidak menyayangi atau tidak lagi percaya. bukan akan tetapi, keheningan akan menghadirkan sebuah ketenangan karena semua butuh waktu untuk pemulihan.
Kini bersama dengan awan yang terus berarak, mentari yang masih menyinari bumi, perlahan tetapi pasti mentari menghilang. hilang dala peradaban sesaat namun menuju selamanya.